Nikmatnya Bersama Mbak Mellisa (3)
SARANG NAFSU
Keesokan harinya kami berdua bekerja seperti biasanya, dihari yang sama terdengar gosib dalam satu pabrik yang dikarenakan banyak bekas cupang di leher mbak Mellisa, kudengar sendiri kawan kawan meledek mbak Mellisa "beh sampek kayak gitu kelakuan arif nik?" mbak Mellisa hanya tersenyum malu melawan ledekan teman temannya. Yups, benar kawan kawan satu pabrik memang belum ada yang tahu tentang aku yang serumah/sekamar dengan mbak Mellisa. Karena sebelumnya mbak Mellisa pernah menyuruhku untuk merahasiakannya. Mbak kiki pun terlihat cuek tak mau tahu tentang kita berdua, aku pun merasa aneh dengan hal ini.
Pada awalnya hubunganku dengan mbak Mellisa menjadi luar biasa canggung karenanya, aku pun sempat pamit mau pindah ke kosanku yang lama tapi mbak Mellisa bersikeras menahanku untuk tetap tinggal di kontrakannya, tapi seiring berjalannya waktu hubungan kami kembali akrab, kami berdua berpura pura bahwa kejadian pada malam itu tidak pernah terjadi. Tapi terus terang sampai hari ini pun aku masih tidak bisa melupakan kejadian malam itu, malam dimana aku bisa menggapai kepuasan bersama seorang gadis cantik seperti mbak Mellisa.
Masih ingatkah kalian tentang pria bodoh yang kutuliskan diatas? Yah aku salah satunya. Tanpa sadar waktu berjalan hampir 2 bulan setelah kejadian itu. Selama ini kami melakukan aktifitas seperti biasanya. Kami masih bekerja di tempat yang sama, bercanda bersama teman teman satu pabrik tanpa membuat satu orang pun yang curiga mengenai hubungan kami, karena kuputuskan untuk memendam dalam dalam nafsu dan perasaanku terhadap mbak Mellisa, aku sadar mbak Mellisa masih belum bisa melupakan sosok mas arif, dan aku juga tau kehadiranku disini tak lebih sebagai teman untuk mengisi kehidupannya yang kesepian . Sejak waktu itu aku lebih sering ngocok sendiri di kamar mandi ketika aku merindukan kehangatan mbak Mellisa. Yah meskipun cuma lewat hayalan itu bisa sedikit membantuku menyalurkan hasrat yang tersimpan untuknya.
Sabtu, 29 November 2008
Sekarang hari terakhir aku masuk sift pagi dan esok hari aku sudah masuk sift sore yang artinya aku mempunyai waktu yang panjang untuk, tidur. Seperti biasa aku pulang jam 15:00 wib kali ini aku pulang bareng mbak Mellisa, sesampainya di kontraan aku langsung tidur karena tadi dipabrik alatku rusak jadi hari ini aku lumayan capek dibuatnya. Ketika bangun ku lihat jam menunjukkan pukul 18:00 wib dan mbak Mellisa sedang sibuk menyetrika bajunya, kulihat diantara tumpukan bajunya terdapat baju bajuku sudah tersusun rapi disana.
" lo mbak, itu bajuku mbak yang nyuci tadi? Sudah disetrika pula, kok repot repot to mbak mbak" tanyaku padany, "sekali kali ***, lagian aku tadi kasian melihat kamu dipabrik, capek kan" jawab mbak Mellisa sambil menyelesaikan lipatan bajunya yang terakhir. " halah enggak dong mbak, sudah biasa itu" timpalku sok keren. "kalo nggak capek kita pergi nonton gimana? Sekali kali ***, mumpung malam minggu ini" ajak mbak Mellisa, " huuoookeee siapa takut, tapi tunggu aku mandi dulu mbak" jawabku senang sambil beranjak pergi untuk mandi, dikamar mandi aku bersemangat sekali mendengar ajakan mbak Mellisa " kesempatan buat pdkt ni" fikirku sambil mandi. Selasai mandi aku pun berhegas kembali ke kamar, "sudah selesai ***, cepet banget" tanya mbak Mellisa. "he he iya mbak takut bikin mbak nunggu kelamaan" jawabku padanya, "sihh omonganmu, tapi aku mandi dulu ya, gerah nih abis nyetrika" jawab mbak Mellisa sambil beranjak dari tempat duduknya.
Sambil menunggu mbak Mellisa selesai mandi, aku menyapu kamarnya dan merapikan setrika serta yang lainnya tak lupa aku juga menata baju bajuku yang disetrika mbak Mellisa di tempat pakaianku (kardus), setelahnya aku baru ingin memasang celana pensil ketika mbak Mellisa masuk ke kamar, aku langsung berbalik membelakanginya, "kamu sudah mau ganti baju ***?" tanya mbak Mellisa, "iya mbak" jawabku singkat sambil memasang kancing celana pensilku.
Tiba tiba mbak Mellisa mendekapku dari belakang, aku terkejut dan hanya bisa diam membatu, lalu mbak Mellisa menarik lengan kiriku pelan agar berbalik, aku melihat matanya menatapku dengan tatapan yang sampai sekarang aku tak tahu artinya "mbak" belum selesai aku bicara mbak Mellisa menutup mulutku dengan satu jari telunjuknya, aku memperhatikannya, dia nampak begitu berbeda, dia terlihat begitu bersih dan berseri, aura kecantikannya begitu memancar keluar. Lantas dia membuka lilitan handuk yang menutupi tubuhnya, membiarkan tubuh sempurnanya terlihat olehku, aku pun langsung memeluk melepas semua kerinduanku padanya, "***, jangan pernah sakit hati padaku ya" ucapnya lirih, kulepas dekapanku "huh?", lalu dia mencium bibirku dengan pelan, aku balas ciumannya dengan penuh nafsu kami berdua langsung berpelukan sambil berciuman cukup lama, lalu dia menggit bibirku agak keras yang membuatku melepas ciumannya karena terkejut, dengan tatapan nakal dia meraba dadaku, aku biarkan dia.
Lalu tangannya turun dan membuka celana pensilku. Terlihat kontolku yang ingin keluar dari celana dalamku, dengan pelan dia menarik cdku kebawah membebaskan kontolku yang sangat tegang, melihat mbak Mellisa berjongkok dihadapanku terlintas ide gila di fikiranku, aku membelai rambutnya sambil merayunya "di emut ya mbak <3 ", mendengar itu dia langsung menatapku dan tangan kanannya meraih kontolku, awalnya dia agak ragu tapi dengan perlahan dia buka mulut mungilnya dan berusaha menghisap kontolku "awwwwww" jerittku pelan ketika kepala kontolku terkena giginya. Terlihat sekali dia baru pertama kali mengulum kontol seorang pria, tp mbak Mellisa cepat belajar, sebentar saja kontolku merasa nyaman dibuatnya, "sambil dikocok mbak" intruksiku padanya, sambil mengulum kepala kontolku dia mengocok pangkalnya dengan tangannya.
Tak tahan kedua tanganku untuk membantunya dengan menekan nekan kepalanya, "terus mbak, yang cepet, diisep mbak" racauku karena ulahnya sambil mempercepat gerakan tanganku yang memegang kepalanya, kedua tangan mbak Mellisa berpindah dipahaku untuk menahannya tersedak karena sesekali dia kudorong terlalu keras untuk menghisap kontolku. "ayo mbak" semakin cepat hisapan mulutnya semakin enak kontolku merasakannya dan "ugggghhh" kontolku sudah tak mampu lagi menahan kenikmatan ini, kutahan kontolku didalam mulutnya, dan CROOT CRROOOT tangan mbak Mellisa berusaha mendorongku tapi tak bisa karena kepalanya kutahan dengan kedua tanganku, "nikmatnya" dalam hatiku. Ini kali pertama aku memuntahkan sperma di mulut seorang gadis, tersadar mbak Mellisa menepuk nepuk pahaku akupun langsung melepas peganganku di kepalanya, "PLLUP" kontolku terlepas dari kulumannya, mbak Mellisa menutup rapat mulutnya dan menatapku dengan ekpresi bingung lalu "GGLK".... "ditelan!" pikirku terkejut.
Lalu dia meraih handuk untuk membersihkan mulut dan lidahnya "mmummbb...kurang ajar kamu ***, jijik tau" keluhnya lirih, aku pun langsuk berjongkok mendekatinya "maaf yo mbak" jawabku manja padanya. Setelahnya aku rebahkan dia di kasurnya, aku mengambil posisi diatasnya.
Tak perduli dia habis menelan spermaku tadi aku langsung melumat bibirnya untuk menunjukkan sayangku padanya, kami berciuman cukup liar. dengan kedua tangannya dia memegang pundakku. Kurasakan dia membuka kakinya lebar lebar dan menggesek gesekkan memeknya di kontolku.
Kulepas ciumannya dan kugoda dia "udah ga kuat ya mbak?", menahan senyum dia menjawab "ayo cepet ***". Tapi kali ini aku tak terburu buru , "bentar mbak" jawabku sembari meraba bukit kembar miliknya, " he he , mbak Mellisa agak gemukan, pasti sudah lupa sama mantannya" fikirku dalam hati. Yah memang benar mbak Mellisa terlihat terlalu sehat, bahkan teteknya pun agak bertambah besar meski samar bisa kulihat guratan biru halus pada teteknya, "jangan diliatin aja!, isep dong" pintanya padaku yang dari tadi terpukau oleh bukit milik mbak Mellisa yang menjadi gunung.
"ah mbak yang lagi BT, birahi tinggi" godaku yang lalu melahap teteknya. "aahhsss" desahannya semakin terdengar olehku yang menggigit mesra putingnya. Kuremas remas kedua teteknya dan kumainkan lidahku di putingnya secara bergantian, ku usap usap, kuhisap, kuputar putar dan kadang ku gigit gigit kecil putingnya yang keras dan memerah. Mbak Mellisa hanya bisa mendesah dan merangkul leherku dengan tak teratur, lagi lagi memeknya dia gesek gesek ke kontolku sehingga hampir aja kontolku masuk ke memeknya yang telah basah, tapi aku segera sadar dan lekas mencabutnya, aku pun tertawa kecil melihat kelakuan mbak Mellisa, melihatku menertawainya mbak Mellisa tersipu "teggggaaaaa kamu ***" sambil memencet hidungku dengan tangannya.
Lalu aku turunkan sapuan lidahku ditubuhnya. Dan sampailah di daerah bawah pusarnya, dia pun langsung membuka lebar lebar kakinya dan menahan lututnya dengan kedua tangannya, kali ini dapat kulihat memeknya menganga merah dengan jelas, karena penasaran aku buka memeknya lebar lebar dengan kedua tanganku, sehingga membuat lubang kenikmatan mbak Mellisa terlihat bahkan sampai bagian dalamnya, setelahnya aku tertarik dengan kelentit kecil yang berdiri menantangku, aku pun langsung mencubitnya dengan bibirku "Aaaaahhhhhhhh *** "kedua pahanya langsung menghapit kepalaku tak kuasa menahan kenakalanku, terus kumainkan lidahku di area intim mbak Mellisa, tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan, sesekali dia menjambakku lalu meremas teteknya sendiri, sprei yang tadi baru kurapikan langsung berantakan dibuatnya karena merasakan permainan lidahku, " ssssshhh aaahh" ssssaahhh *** sssaaaha AAAAAhhhh" tubuhnya kaku lalu bergertar hebat, kurasakan cairan yang agak asam asin mengalir dari memeknya, dan seperti dibutakan oleh nafsu langsung kulahap cairan itu.
Setelahnya aku sejajarkan posisiku dengannya, ku tunggu mbak Mellisa lebih tenang dengan lembut dia usap wajahku. Aku kembali menciumnya dan dia balas ciumanku, dan sambil berciuman aku arahkan pelan kontolku yang tegang ke arah memeknya, dirangkulkan kedua kakinya dipinggulku dan mengangkat pinggulnya lalu, BLLEESS kembali kontolku tertanam di memeknya mbak Mellisa "aawww" jeritku karena digigit mbak Mellisa , kurasa aroma darah dimulutku, "makanya pelan pelan masukinnya ***" jawab dia tak mau disalahkan, tapi aku rapo po, aku masih berkonsentrasi pada sensasi memeknya mbak Mellisa yang berbeda, kurasakan memeknya lebih hangat dari yang dulu, ribuan uratnya lebih aktif mengurut kontolku.
Masih dengan memandangi wajah mbak Mellisa aku belai rambutnya, dia usap usap pundakku dengan kedua tangannya, dan kumulai gerakanku dengan lembut , "aahhkk ssshhhh hhaaah" racaunya sambil menarikku berusaha mendekatkan wajahku dengannya, mulut mungilnya menganga mengajakku berciuman tapi tidak aku ladeni, aku hanya menatap matanya dalam dalam, mbak Mellisa pun juga menatapku, kami bertatapan cukup lama sampai aku tambah kecepatan gerakanku " aahh, aahh, aahh, aahhh" desahan mbak Mellisa sambil memalingkan muka sebentar dan kembali menatapku, kutambah lagi kecepatanku, kali ini dia tahan desahannya dengan menggigit bibirnya sendiri dan sekmakin tajam dia menatapku, sekali lagi kutambah kecepatan.
goyanyanku dan kali ini tidak teratur karena aku juga sudah tak tahan lagi merasakan kenikmatan memek mbak Mellisa , kali ini nafas mbak Mellisa begitu cepat dia memejamkan mata, mencakar pundakku dan "sssshhhhhhAAAAAAHHHHH" jeritannya diikuti tubuh yang bergetar hebat karena orgasm, tak kuasa menahan jepitan memeknya yang begitu kuat aku pun mencapai klimaks, dengan sekali hentakan keras aku hujam memeknya dengan kontolku dalam dalam. "AAAHK" suaraku puas merasakan setiap sperma yang keluar dari kontolku memenuhi memek mbak Mellisa , "ugh, ugh, ugh, ugh, " mbak Mellisa seperti tersedak karenanya. Masih kutahan kontolku di memeknya aku menunggu mbak Mellisa tenang.
Sambungan Klik : Nikmatnya Bersama Mbak Mellisa (4) TAMAT
Sambungan Klik : Nikmatnya Bersama Mbak Mellisa (4) TAMAT
Nikmatnya Bersama Mbak Mellisa (3)
Reviewed by Unknown
on
18.43
Rating:

Tidak ada komentar: